
Generasi muda pewaris tongkat estafet dari para pendahulu harus mengisinya dengan semangat pantang menyerah demi mempertahankan sang dwi warna. Nilai-nilai yang terkandung di dalamnya sangat luhur dan patut kita jadikan tauladan jika ingin burung Garuda tetap membentangkan sayapnya.
Sejarah telah mencatat bahwa 17 Agustus 1945 adalah waktu dimana Bangsa Indonesia berada pada masa vakum pemerintahan. Kesempatan inilah dimanfaatkan oleh para pemuda Indonesia untuk segera memproklamirkan kemerdekaan. Para pemuda di zaman itu sudah punya pemikiran yang hebat, bertindak sigap, semangat, tidak menyia-nyiakan waktu dan kesempatan adalah kunci dalam meraih sukses.
Berdasarkan sejarah juga mengatakan ketika terjadi peristiwa proklamasi Kemerdekaan RI adalah bertepatan dengan bulan Puasa. Bangsa Indonesia dengan sejuta kekurangannya di waktu itu, namun berkat semangat berjuang yang telah terpatri di dalam dada, tidak perduli perut dalam keadaan kosong berhasil membebaskan diri dari belenggu penjajah.
Di tahun 2011 ini kita diingatkan kembali pada masa proklamasi 17 Agustus 1945. Dan pada peringatan ke 66 merupakan peristiwa yang unik, karena selain ada kesamaan bulan puasa juga tanggal 17 Agustus 2011 bertepatan dengan 17 Ramadhan, yang artinya tanggal di mana kitab suci umat Islam diturunkan. Dua momentum yang terjadi bersamaan ini mudah-mudahan menjadi pertanda baik bagi Bangsa Indonesia yang sedang mengalami krisis kepercayaan.
Meski Puasa Tetap Upacara. Tidak ada alasan lemas, panas, capek dan lain sebagainya, buang jauh-jauh rasa manja karena hanya akan menuntun kita ke jurang kegagalan. Seperti yang dialami para pemuda di zaman Sukarno, meski mereka sedang menjalankan ibadah puasa namun perjuangan tetap jalan terus.
Demikian pula para siswa SMP NU 02 Dukuhturi, pada peringatan HUT RI ke 66 ini tetap melaksakan upacara pengibaran bendera sesuai anjuran dari Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Tegal. Meskipun hanya berdasarkan pemberitahuan melalui Telephone dari Sub Rayon Adiwerna, tapi OSIS SMP NU 02 Dukuhturi masih bisa mengantisipasinya dengan baik. Sehingga upacara tetap dilaksanakan meski dalam keadaan sedang berpuasa.
Kronologi kejadian;
Hari Selasa tanggal 16 Agustus 2011 pukul 10.15 Saya menerima telephone dari Sub Rayon yang mengabarkan bahwa ada surat edaran dari Dikpora Kab. Tegal yang berisi himbauan kepada seluruh sekolah wajib melaksanakan Upacara Peringatan HUT RI Ke-66. Ketika itu Bapak Kepala Sekolah sedang mengikuti rapat di Slawi, akhirnya berita tersebut disampaikan kepada pembina Osis Bpk. Sodik.
Segera setelah menerima kabar, Pembina Osis langsung mengadakan koordinasi dengan pengurus Osis untuk mempersiapkan segala sesuatu yang akan dilaksanakan esok hari. Akhirnya latihan Upacara pun dilaksanakan.
Tanggal 17 Agustus 2011 Hari Rabu pagi selepas sholat Shubuh, Saya mendapat pesan singkat dari Kepala Sekolah Drs. Abdulatif. Isi pesan singkat melalui pesawat handphone itu sebagai berikut :
“As… p. Alip kalau anak2 upcr pembnany guru say ad undngn kec. Dn kab. Trm.”
Lalu saya balas : “Baik pak nanti saya sampaikan ke guru-guru”.
Pukul 07.00 saya langsung meluncur ke sekolah, ternyata petugas dan peserta sudah siap melaksakan upacara. Pesan dari kepala Sekolah kemudian saya sampaikan kepada pembina OSIS untuk mencari pengganti pembina Upacara. Dan dengan semangat mudanya akhirnya pak Sodik (Pembina OSIS) bersedia menjadi pembina upacara.
Sikap terpuji yang ditunjukkan oleh pak Sodik itu patut kita contoh. Kita harus selalu siap siaga menghadapi kemungkinan yang bakal terjadi yang tidak diharapkan. Rupanya jiwa dan semangat 45 tengah bersemayam di dada seluruh elemen sekolah. Semoga.
Dirgahayu Kemerdekaan Republik Indonesia ke 66.
by: Alip Hadi Mujiono, S.H.