• Lock.
  • Profile
  • Gallery
  • Berita
  • TV edukasi
  • Blog TIK
  • Alumnus
  • Comments
  • E-Learning
stop
Sambutan Kepala Sekolah SMP NU 02 Dukuhturi

Assalamu'alaikum Wr.wb.
Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat taufik dan hidayah-Nya kepada kita sekalian sehingga kita masih diberi kesempatan untuk melaksanakan kewajiban sebagai ummat demi perjuangan melalui jalur pendidikan. Tidak dipungkiri bahwa di era global dan pesatnya teknologi informasi, keberadaan sebuah website untuk suatu organisasi termasuk SMP NU 02 Dukuhturi sangatlah penting. Wahana website dapat digunakan sebagai media penyebarluasan informasi-informasi penting dari sekolah yang mana harus diketahui oleh stake holder secara luas.

Website ini diharapkan dapat menjadi sarana promosi sekolah yang efektif. Berbagai kegiatan positif sekolah telah diunggah disertai gambar-gambar yang relevan, sehingga masyarakat luas dapat mengetahui prestasi-prestasi yang diraih oleh SMP NU 02 Dukuhturi Kabupaten Tegal. Sebagai media pembelajaran website sekolah dapat memuat blog-blog yang dibuat oleh guru-guru. Didalam blog tersebut guru dapat menuliskan berbagai artikel tentang pembelajaran dan memberikan tugas-tugas mandiri kepada peserta didik yang menunjang kegiatan pembelajaran berbasis Teknologi Informasi.

Website ini juga sebagai sarana komunikasi antara sekolah dengan para alumni dalam rangka konsolidasi sehingga terbentuk ikatan alumni yang makin besar dan kuat. Sekolah menyadari bahwa alumni merupakan salah satu potensi yang besar, yang apabila digali dan dikelola dengan baik dan benar akan mampu meberikan kontribusi yang positif kepada sekolah.

Baca selengkapnya...

Wirid selesai Sholat beserta hukumnya

Sholat adalah salah satu kewajiban bagi semua umat Islam selain kewajiban sebagai mahluk Allah yang kaitannya dengan hubungan manusia dengan sang Pencipta, dan hubungan manusia dengan manusia lain, serta hubungan sebagai sesama mahluk Allah SWT.
Apakah anda selalu melakukan wirid atau zikir setelah selesai sholat.?
Bagaimana lafadznya serta hukumnya menurut para Imam.?

Simak baik-baik petikan yang berhasil kami kumpulkan dari beberapa sumber, mudah-mudahan dapat menambah wawasan kita. Selain itu dapat pula mengambil hikmahnya, melaksanakan nilai-nilai kebajikan yang terkandung di dalamnya.

Lafadz wirid / dzikir:

أَسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ الَّذِي لآ إِلَهَ إِلَّا هُوَ اْلحَيُّ اْلقَيُّوْمُ وَأَتُوْبُ إِلَيْهِ.
لاَ إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ اْلمُلْكَ وَلَهُ اْلحَمْدُ يُحْيِي وَيُمِيْتُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ.
اَللَّهُمَّ لاَ مَانِعَ لِمَا أَعْطَيْتَ ، وَلاَ مُعْطِيَ لِمَا مَنَعْتَ وَلاَ يَنْفَعُ ذَا اْلجَدِّ مِنْكَ اْلجَدُّ
اَللَّهُمَّ أَجِرْنَا مِنَ النَّارِ.
اَللَّهُمَّ أَنْتَ السَّلاَمُ وَمِنْكَ السَّلاَمُ وَإِلَيْكَ يَعُوْدُ السَّلاَمُ، فَحَيِّنَا رَبَّنَا بِالسَّلاَمُ وَأَدْخِلْنَا اْلجَنَّةَ دَارَ السَّلاَمِ تَبَارَكْتَ رَبَّنَا وَتَعَالَيْتَ يَا ذَاالْجَلاَلِ وَاْلإِكْرَامِ.
أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
الْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ اْلعَالَمِيْنَ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ مَالِكِ يَوْمِ الدِّيْنِ إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُ اهْدِنَا الصِّرَاطَ اْلمُسْتَقِيْمَ صِرَاطَ الَّذِيْنَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ اْلمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلاَ الضَآلِّيْنَ. آمِيْنَ.
وَإِلَهُكُمْ إَلَهٌ وَاحِدٌ لاَ إِلَهَ إِلَّا هُوَ اْلحَيُّ اْلقَيُّوْمُ، لاَ تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلاَ نَوْمٌ لَهُ مَا فِي السَّمَوَاتِ وَمَا فِي اْلأَرْضِ مَنْ ذَا الَّذِيْ يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلَّا بِإِذْنِهِ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيْهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ وَلاَ يُحِيْطُوْنَ بِشَيْءٍ مِنْ عِلْمِهِ إِلَّا بِمَا شَآءَ وَسِعَ كُرْسِيُّه ُالسَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ وَلاَ يَؤُوْدُهُ حِفْظُهُمَا وَهُوَ اْلعَلِيُّ اْلعَظِيْمُ.

إِلَهَنَا رَبَّنَا أَنْتَ مَوْلاَنَا سُبْحَانَ اللهِ... سُبْحَانَ اللهِ (33 مرة)
سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ دَائِمًا أَبَدًا اَلْحَمْدُ ِللهِ ... اَلْحَمْدُ ِللهِ (33 مرة)
اْلحَمْدُ ِللهِ عَلىَ كُلِّ حَالٍ وَفِي كُلِّ حَالٍ وَبِنِعْمَةِ يَا كَرِيْمُ ... اللهُ أَكْبَرُ (33 مرة)
اللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا وَاْلحَمْدُ ِللهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ اْلمُلْكُ وَلَهُ اْلحَمْدُ يُحْيِي وَيُمِيْتُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ. وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ اْلعَلِيِّ اْلعَظِيْمِ.
أَسْتَغْفِرُ اللهَ اْلعَظِيْمَ (ثلاث مرات)، إِنَّ اللهَ غَفُوْرٌ رَحِيْمٌ.
أَفْضَلُ الذِّكْرِ فَاعْلَمْ أَنَّهُ...
لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ (...حي موجود)
لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ (...حَيٌّ مَعْبُوْدٌ)
لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ (...حَيٌّ بَاقٍ)
لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ ... (33 مرة)
لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، كَلِمَةُ حَقٍّ عَلَيْهَا نَحْيَا وَعَلَيْهَا نَمُوْتُ وَبِهَا نُبْعَثُ إِنْ شَآءَ اللهُ مِنَ اْلآمِنِيْنَ.

Tata Cara Do'a dan dzikir yang Disunnatkan Menurut Madzhab Syafi’ie
أَنَّ رَفْعَ الصَّوْتِ بالذِّكْرِحِيْنَ يَنْصَرِفُ النَّاسُ مِنْ الْمَكْتُوبَةِ كَانَ عَلَى عَهْدِ النَّبيِّ صَلَّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ كُنْتُ أَعْلَمُ إِذَا انْصَرَفُوْا بذَلِكَ إِذا سَمِعْتُهُ …… وَقَالَ النَّوَوِيُّ : حَمَلَ الشَّافِعِيُّ هذَا الْحَدِيْثَ عَلَى أَنَّهُمْ جَهَرُوْا بهِ وَقْتًا يَسِيْرًا لأَجْلِ تَعْلِيْمِ صِفَةِ الذِّكْرِ لاَ أَنَّهُمْ دَاوَمُوْا عَلَى الْجَهْرِ بهِ وَالْمُخْتَارُ أَنَّ اْلإِمَامَ وَالْمَأْمُوْمَ يَخْفِيَانِ الذِّكْرَ إِلاَّ إِنِ احْتِيْجَ إِلَى التَّعْلِيْمِ (كتاب “فتح الباري شرح صحيح البخاري” / أحمد بن علي بن حجر أبو الفضل العسقلاني الشافعي / رقم الحديث 841 / الجزء الثاني / الصفحة 324-326 / كتاب الأذان / باب الذكر بعد الصلاة)
Sesungguhnya mengeraskan dzikir, ketika orang-orang (para sahabat) selesai shalat fardhu, itu biasa berlangsung pada zaman Nabi saw. Ibnu Abbas menambahkan, “Saya tahu kalau orang-orang (di masjid) selesai shalat fardhu, yang saya dengar, mereka mengeraskan suara dengan (bacaan) dzikir”, …… Imam An-Nawawi berpendapat : “Imam Asy-Syafi’ie memahami hadits ini, bahwa mereka (orang-orang di masjid/para sahabat) mengeraskan dzikir dalam waktu-waktu tertentu yang tidak lama, dengan tujuan untuk (sekedar) mengajarkan dzikir tertentu (yang belum diketahui), dan (hadits ini tidak bisa dipahami) bahwa mereka mengeraskan dzikir secara terus menerus. Kemudian (tata cara) yang dipilih (Asy-Syafi’ie) adalah bahwa Imam dan Makmum hendaklah tidak menyaringkan dzikir, kecuali jika ada keperluan mengajarkan (dzikir baru yang belum diketahui).
(Dikutip dari kitab “Fathul Baari” / Ahmad bin Ali bin Hajar Abul Fadhl Al’Asqolani Asy-Syafi’ie / Juz II / Hal. 324 - 326 / Bab tentang Adzan / Pasal tentang Dzikir setelah Shalat).

يُسَنُّ الدُّعَاءُ وَالذِّكْرُ عَقِبَ كُلِّ صَلاَةٍ وَكَوْنُ ذَلِكَ بالْمَأْثُوْرِ وَاْلإِسْرَارِ بهِ إلاَّ أَنْ يُرِيدَ تَعْلِيمَ الْمَأْمُوْمِيْنَ فَيَجْهَرُ فَإِذَا تَعَلَّمُوا أَسَرَّ (كتاب “شرح البهجة” / زكريا بن محمد بن زكريا الأنصاري / مذهب المؤلف شافعي / فروع الفقه الشافعي / الجزء الأول / باب الصلاة / فرع للإمام في الجهرية أربع سكتات والدعاء والذكر عقب كل صلاة)

Disunnatkan do’a dan dzikir setiap selesai shalat. Untuk itu :
(1). (Sebisa mungkin) bacalah do’a dan dzikir ma’tsur (yang diajarkan Nabi saw.). (2). Tidak usah dinyaringkan (ISROOR), kecuali untuk mengajari para makmum. Setelah mereka tahu (hafal), tidak usah dinyaringkan lagi.
(Dikutip dari kitab “Syarhul Bahjah” / Zakariya bin Muhammad bin Zakariya Al-Anshori / Madzhab Pengarang Syafi’ie / Juz I / Bab tentang Shalat / Cabang Bahasan tentang Do’a dan Dzikir setelah Shalat).
وَالْجَهْرُ بِحَضْرَةِ نَحْوِ مُصَلٍّ أَوْ نَائِمٍ مَكْرُوهٌ , كَمَا فِي الْمَجْمُوعِ وَغَيْرِهِ , وَلَعَلَّهُ حَيْثُ لَمْ يَشْتَدَّ اْلأَذَى , وَإِلاَّ فَيَنْبَغِي تَحْرِيمُهُ (كتاب “الفتاوى الفقهية الكبرى” / أحمد بن محمد بن علي بن حجر الهيتمي / الجزء الأول / كتاب الصلاة / باب صفة الصلاة / المسألة هل الأولى قراءة الأذكار والأدعية سرا ؟)

Dan mengeraskan (bacaan dzikir, do’a, dll.) di dekat orang yang sedang shalat atau tidur (berhukum makruh, sebagaimana (dijelaskan) dalam kitab “Al-Majmu’” dan kitab-kitab (Fiqih Syafi’ie lainnya). Barangkali hukum makruh ini berlaku, jika bacaan keras tersebut tidak mengganggu, kalau sampai mengganggu maka sudah sepantasnya dihukumi haram !!!
(Dikutip dari kitab “Syarhul Bahjah” / Zakariya bin Muhammad bin Zakariya Al-Anshori / Madzhab Pengarang Syafi’ie / Juz I / Bab tentang Shalat / Cabang Bahasan tentang Do’a dan Dzikir setelah Shalat).


قَالَ صَاحِبُ الْحَاوِي : حَدُّ الْجَهْرِ أَنْ يُسْمِعَ مَنْ يَلِيهِ , وَحَدُّ اْلإِسْرَارِ : أَنْ يُسْمِعَ نَفْسَهُ , (المجمعوع : 3/390)

Pengarang kitab “Al-Hawi” berkata, “Batas keras (Jahr) adalah ketika anda membuat orang yang ada di sisi anda mendengar suara anda, batas tidak nyaring (Isroor) adalah anda cukup mendengar sendiri suara anda”.
(Dikutip dari kitab “Al-Majmu’” / Zakariya bin Muhammad bin Zakariya Al-Anshori / Madzhab Pengarang Syafi’ie / Juz II / Hal. 390).
أَمَّا فِي اْلاصْطِلاَحِ فَيَأْتِي ( اْلإِسْرَارُ ) بِالْمَعَانِي التَّالِيَةِ : أ - أَنْ يُسْمِعَ نَفْسَهُ دُونَ غَيْرِهِ , وَأَدْنَاهُ مَا كَانَ بِحَرَكَةِ اللِّسَانِ , وَهَذَا الْمَعْنَى يَسْتَعْمِلُهُ الْفُقَهَاءُ فِي أَقْوَالِ الصَّلاَةِ وَاْلأَذْكَارِ . (كتاب “الموسوعة الفقهية” / الجزء الرابع )

Adapun dalam istilah (hukum syara’) maka “ISROOR” (tidak nyaring) mempunyai beberapa maksud, diantaranya: hendaklah seseorang (dalam dzikir) cukup memperdengarkan pada dirinya saja tanpa terdengar orang lain, batas minimalnya adalah CUKUP MENGGERAKKAN LIDAH (dan bibir, tanpa harus berisik), pengertian ini digunakan ulama fiqih berkenaan dengan bacaan-bacaan shalat dan dzikir-dzikir.
(Dikutip dari kitab “Al-Mausuu’ah Al-Fiqhiyyah” / Juz IV).


وَعَنْ أَبِيْ سَعِيدٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : { اِعْتَكَفَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم فِي الْمَسْجِدِ , فَسَمِعَهُمْ يَجْهَرُونَ بِالْقِرَاءَةِ , فَكَشَفَ السِّتْرَ , وَقَالَ : أَلاَ إنَّ كُلَّكُمْ مُنَاجٍ رَبَّهُ , فَلاَ يُؤْذِيَنَّ بَعْضُكُمْ بَعْضًا , وَلاَ يَرْفَعْ بَعْضُكُمْ عَلَى بَعْضٍ فِي الْقِرَاءَةِ أَوْ قَالَ : فِي الصَّلاَةِ } . رَوَاهُ أَبُو دَاوُد بِاِسْنَادٍ صَحِيْحٍ . (المجمعوع : 3/391)

Dari Abu Sa’ied rodhiyallahu’anhu, Ia berkata, “Suatu ketika Rasulullah saw. pernah beri’tikaf di masjid, Beliau mendengar para sahabat menyaringkan bacaan mereka, Beliau menyingkap tabir dan berkata, “Kalian perlu sadar, bahwa setiap kalian adalah bermunajat kepada Tuhannya, maka hendaklah jangan sampai sebagian mengganggu sebagian yang lain, sebagian jangan sampai saling bersaing menyaringkan suara bacaan (dzikir atau bacaan shalat) dengan sebagian yang lain”. Hadits riwayat Abu Dawud dengan sanad yang shahih.
Dikutip dari kitab “Al-Majmu’” / Zakariya bin Muhammad bin Zakariya Al-Anshori / Madzhab Pengarang Syafi’ie / Juz III / Hal. 391).